Destinasi Wisata Viral dan Terpopuler

Pura Lingsar: Sejarah Kerukunan Antar Keyakinan Lombok Barat

Pura Lingsar: Sejarah Kerukunan Antar Keyakinan Lombok Barat

Pura Lingsar: Sejarah Kerukunan Antar Keyakinan Lombok Barat – Pura Lingsar bukan hanya sekedar sebuah objek wisata yang menawarkan segi sejarah, dan nilai religi saja. Namun di segi lain sekaligus sebagai sebuah simbol kerukunan yang terajut di tanah Lombok Barat.

Terkadang, sebuah nilai keyakinan menjadi sebuah sekat, atau jurang pemisah untuk membangun harmonisasi. Namun tidak di kawasan Pura Lingsar.

Lokasi Pura Lingsar terdapat di kawasan yang punyai pemandangan alam yang indah, supaya terlalu sesuai bagi anda yang mendambakan berlibur ke tempat wisata lombok, yang bertemakan alam, dan sejarah.

Dan inilah review mengenai Pura Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, yang sudah kita persiapkan untuk anda, sebagai sebuah khazanah pengetahuan, dan juga referensi untuk memilih destinasi wisata di Lombok.

Lokasi & Alamat Pura Lingsar

Lokasi dan alamat Pura Lingsar berada di Jl. Gora 2, Lingsar, Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Rute Menuju Pura Lingsar

Rute menuju Pura Lingsar kecuali bergerak dari kota Mataram, memadai dekat yakni hanya berjarak kurang lebih 8 km dengan estimasi waktu 20 menit saja. Dengan rute Mataram-Cakranegara-Selagalas-Lingsar.

Lokasinya gampang di jangkau, supaya anda dapat pula mengfungsikan kendaraan umum kecuali hendak menuju Pura Lingsar.

Sejarah Pura Lingsar

Sejarah mengenai Pura Lingsar menjadi sebuah cerminan manusia yang menghargai, menghormati, dan juga melestarikan alam sekitar, dan juga sebagai sebuah sejarah mengenai harmoni manusia, alam, dan Tuhan.

Di mulai dari Sejarah pembangunan Pura Lingsar di perkirakan dibangun pada th. 1759, sebuah era yang menjadi akhir dari kerajaan Mataram.

Sejarah Pura Lingsar di awali waktu perjalanan rombongan orang Bali mampir ke Lombok. Jumlah mereka di perkirakan kurang lebih 80 orang.

Singkat cerita, perjalanan mereka terhenti karena lapar, dan haus. Setelah para rombongan selesai makan, dan minum, mereka lantas mendengar nada gemuruh, yang ternyata berasal dari sebuah sumber mata air.

Perlu di ketahui juga bahwa rombongan orang Bali berikut punyai keyakinan agama Hindu. Sete;ah itu, mereka meraih wahyu untuk membangun pura di kawasan tersebut, yang kini di kenal dengan Pura Lingsar.

Di segi lain, terkandung penduduk yang menetap di kawasan berikut yang di beri nama Masyarakat Sasak, yang punyai keyakinan pada ajaran Islam Wetu Telu.

Masyarakat Sasak terlalu menghormati, dan juga mensakralkan keberadaan sumber mata air tersebut. Adapun nama lokasi mata airnya di beri nama Kemaliq Lingsar, yang berdampingan lokasinya di dekat Pura Lingsar.

Kata Lingsar merupakan 2 kata yang di gabungkan. Adapun kata Ling punyai makna Sabda, dan kata Sar punyai makna Jelas. Dengan kata lain, Pura Lingsar punyai makna wahyu, atau sabda yang jelas.

Baca Juga: Panorama Pantai Indah Pantai Senggigi Lombok Barat

Daya Tarik Pura Lingsar

1. Kompleks Simbol Kerukunan

Daya tarik yang pertama dari Pura Lingsar adalah kompleks wisata yang menyiratkan bahwa di lokasi berikut berlangsung kerukunan, dan juga harmoni pada penduduk yang berbeda keyakinan.

Hal ini dbuktikan dengan wujud bangunannya. Sebagai contoh, lokasi Pura Lingsar berada di sebelah atas menghadap ke barat. Sementara Kompleks Kemaliq menghadap ke arah kiblat.

Kedua kompleks berikut punyai bangunan-bangunan lain di dalamnya. Adapun di kompleks Pura Lingsar punyai bangunan sebagai berikut:

Adapun bangunan yang tersedia di kawasan atau Kompleks Kemaliq adalah sebagai berikut:

Selain kompleks Pura Lingsar, Kompleks Kemaliq, di tempat berikut juga terkandung satu tempat kembali yang disebut sebagai Kompleks Pesiraman.

2. Budaya Masyarakat

Di waktu-waktu tertentu, di kawasan berikut kerap ditunaikan upacara, atau formalitas yang sudah tersedia sejak dulu, dan juga punyai nilai filosofis tersendiri.

Sebagaimana di ulas di paragraf sebelumnya, bahwa di kawasan berikut terkandung Umat Hindu, dengan Masyarakat Sasak, yang tiap-tiap punyai keyakinan yang berbeda.

Cermin kerukunan tersaji juga dalam perayaan, atau pelaksanaanya, lebih-lebih dari segi waktunya. Bagi Masyarakat Sasak terkandung formalitas turun temurun, yang disebut dengan Perang Topat.

Adapun bagi umat Hindu, terkandung tradisi, atau upacara yang bernama Upacara Odalan, atau disebut juga dengan arti Pujawali. Kedua upacara berikut ditunaikan dalam waktu yang bersamaan.

Exit mobile version